Studi Desentralisasi dan Otonomi Daerah Analisis Pemekaran Daerah Otonomi di Indonesia Dalam Perspektif Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 untuk menciptakan pelayanan yang baik.

Authors

  • MUHAIMIN UNIVERSITAS TEKNOLOGI SURABAYA
  • Lukman Hakim Universitas Teknologi Surabaya
  • Awan Dharmawan Universitas Teknologi Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.33478/jlas.v2i2.23

Abstract

Regional development is usually a manifestation of the desire of the people in a region to grow
and develop in the economic, political, social, cultural and security fields, in geographical dimensions. The
level of regional development can be seen from the ratio of the built-up area to the total area. The greater
the ratio, the higher the level of regional development. Regional expansion, or rather dividing an
autonomous region into several regions, aims to bring closer and optimize government services to the
community, accelerate development growth in order to improve the welfare of the people in the area.
Regional expansion is a phenomenon that accompanies the implementation of regional government in
Indonesia. This can be seen from the increase in the number of New Autonomous Regions (hereinafter
referred to as DOBs) in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia (hereinafter referred
to as the Republic of Indonesia) during 2003 to 2022, there are 511 new autonomous regions, and currently
Indonesia has 542 autonomous regions consisting of 38 provinces, 415 districts and 97 cities. The presence
of Law Number 23 of 2014 concerning Regional Government (hereinafter referred to as Law No. 23 of
2014), regional autonomy which is expected to be able to improve services and welfare for the community.
The provision of public services is aimed at creating community welfare. Public service is defined by
Sinambela as "providing services (serving) the needs of people or society who have an interest in the
organization in accordance with the basic rules and procedures that have been determined".

References

Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung:

Alumni: 1991, h. 11.

Afif Syarif, “Pasang Surut Otonomi Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan

Indonesia. (Tinjauan Sejarah Hukum Pemerintahan Daerah)” Jurnal Ilmu Hukum, Vol.

No. 7 Tahun 2013, h. 48.

Febriyandi, D. (2015). Proses Perumusan Kebijakan Pemekaran Daerah (Studi di

Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara). JPP (Jurnal Politik Profetik),

(2): 68-88.

Harmantyo, D. (2011). Desentralisasi, otonomi, pemekaran daerah dan pola

perkembangan wilayah di Indonesia. Geografi.Ui.Ac.Id. Retrieved from

http://geografi.ui.ac.id/portal/wp-content/uploads/2012/03/harmantyo1.doc

Sudiar, S. (2017). Kebijakan Pembangunan Perbatasan dan Kesejahteraan

Masyarakat di Wilayah Perbatasan Pulau Sebatik, Indonesia. E-Journals.Unmul.Ac.Id,

(3),

Retrievedfromhttp://ejournals.unmul.ac.id/index.php/JParadigma/article/view/3

Zainudin, A. (2016). Model Kelembagaan Pemerintahan Desa. Jurnal Ilmu

Pemerintahan : Kajian Ilmu Pemerintahan Dan Politik Daerah, 1(2), 332.

https://doi.org/10.24905/jip.v1i2.607

UNDP, B.N.-J., & 2008,

undefined. (n.d.). Studi

Evaluasi

Dampak

PemekaranDaerah.Academia.Edu.Retrievedfrom

http://www.academia.edu/download/35118317/pemekaran_ID.pdf

Koswara Kertapraja, 2010, Pemerintahan Daerah; Konfigurasi Politik

Desentralisasi dan Otonomi Dakra Dulu Kini dan Tantangan Globalisasi. Batin dan

Satyagama, Jakarta.

Lovelock, Christoper H. 1991. Service Marketing. USA: Prentice Hall, Inc

Mawhood dalam Kushandajani, Makna Otonomi Daerah DiWIlayah Laut Bagi

Masyarakat Pesisir,FISIP Universitas Diponegoro, Semarang, 2011, hal.31

Kumorotomo, Wahyudi. 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik: Sketsa Pada Masa

Transisi. Jogjakarta: MAP-UGM dan Pustaka Pelajar

Fernandes, Joe, dkk. 2002. Otonomi Daerah di Indonesia Masa Reformasi: Antara

Ilusi dan Fakta. Jakarta: IPOS dan Ford Fondation.

Sedarmayanti. 2004. Good Governance: Membangun Sistem Manajemen Kinerja

Guna Meningkatkan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju.

Hari Sabarno, Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa, Sinar

Grafika, Jakarta, 2008,

Brian C. Smith, Decentralization The Territorial Dimension of The State, Terj. Tim

MIPI, Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia, Jakarta Selatan, 2012, hal.1

Stacey White, Government Decentralization in the 21st century, CSIS, Washington,

, hal.3

Untuk lebih jelasnya lihat Pasal 36 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Pasal 37 huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah.

Huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah

Untuk lebih jelasnya lihat Pasal 42 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Downloads

Published

2024-11-07

How to Cite

MUHAIMIN, Hakim, L., & Dharmawan, A. (2024). Studi Desentralisasi dan Otonomi Daerah Analisis Pemekaran Daerah Otonomi di Indonesia Dalam Perspektif Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 untuk menciptakan pelayanan yang baik. Journal of Law and Administrative Science, 2(2), 50–72. https://doi.org/10.33478/jlas.v2i2.23